"Selamat datang di darsonmate. Kita akan berbagi pengalaman dan persahabatan. Ok"

Rabu, 31 Maret 2010

Nilai Perkembangan IPTEK


NILAI-NILAI DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
(Tinjauan dari Filsafat Ilmu)
Oleh : Darsono & Rully Veranika
Abstrak : Terdapat dua pandangan terhadap nilai-nilai (moral) tentang ilmu. Pertama, menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik secara ontologism maupun aksiologis. Kedua, netralitas ilmu terhadap nilai-nilai banyalah terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya bahkan pemilihan obyek penelitian, maka kegiatan keilmuan harus berlandaskan asas-asas moral. Dalam perkembangannya ilmu bukan saja menjadi berkah bagi kehidupan manusia, akan tetapi juga mendatangkan kekawatiran dan kesengsaraan terhadap manusia. Seperti bayi tabung, kloning pada manusia, operasi ganti kelamin, dan pengembangan teknologi nuklir hingga sekarang masih menjadi pro dan kontra. Hal-hal tersebut dalam penerapannya hendaknya didasarkan pada aspek-aspek agama , aspek etika, aspek hukum atau legalitas dan aspek sosial atau kemasyarakatan. Sehingga ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikan manusia, membantu meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakikat kemanusiaan.
Kata Kunci :Nilai-nilai, Ilmu Pengetahuan, Bayi tabung, Kloning pada manusia, Operasi ganti kelamin, Nuklir.
A. Pendahuluan
Ilmu dimulai dari pengalaman manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia pula. Bagai kita memandang jagad raya ini. Seluas apakah jagad raya itu? Seluas pengetahuan kita, sejauh mata kita memandang, dan sedalam ilmu yang kita punya. Ilmu tidak mempelajari sesuatu di luar jangkauan pengalaman manusia. Ilmu tidak mempelajari hal surga dan neraka, karena surga dan neraka berada di luar jangkauan pengalaman manusia. Demikian pula ilmu tidak mempelajari sebab musabab kejadian terciptanya manusia, karena hal tersebut juga berada diluar jangkauan pengalaman manusia. Hal-hal yang terjadi sebelum manusia hidup dan setelah manusia mati berada di luar penjelajahan ilmu.
Dalam batas pengalaman manusiapun, ilmu hanya berwenang dalam menentukan benar atau salah suatu pernyataan. Tentang baik dan buruk, ilmu berpaling kepada sumber-sumber moral. Sedangkan tentang indah dan jelek, ilmu berpaling kepada pengkajian estetik (Jujun SS., 2001 : 92).
Ilmu sebagai alat pembantu manusia dalam menanggulangi masalah-masalah dalam kehidupannya. Dengan menggunakan ilmu diharapkan untuk kita dapat mengatasi suatu penyakit, membangun gedung megah, membangun jembatan, membangun irigasi, membangkitkan tenaga listrik, menciptakan berbagai kendaraan, menciptakan alat komunikasi, merekayasa genetika pada hewan dan tumbuhan, dan sebagainya. Suatu kenyataan bahwa peradaban manusia sangat dipengaruhi oleh kemajuan ilmu dan teknologi.
Namun karena ilmu pula kita dihadapkan kepada suatu petaka dan kesengsaraan. Karena perkembangan ilmu manusia dihadapkan kepada suatu kekawatiran dan kegelisahan. Perkembangan ilmu di bidang nuklir telah membawa kekawatiran banyak pihak akan musnahnya dunia karena kedahsyatannya. Perkembangan ilmu di bidang rekayasa genetika (bila diterapkan pada manusia) membawa suatu kegelisahan akan terciptanya manusia yang tidak beradab yang jauh dari nilai moral ataupun nilai agama. Dengan ilmunya seolah manusia ingin menciptakan manusia, yang akan mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri.
Oleh karena adanya kegelisahan dan kekawatiran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan tersebut, perlu adanya tinjauan baik dari aspek agama, aspek etika, aspek hukum atau legalitas dan aspek sosial atau kemasyarakatan. Apakah perkembangan ilmu pengetahuan bebas dari nilai-nilai moral? Bagaimana nilai-nilai perkembangan ilmu pengetahuan ditinjau dari berbagai aspek tersebut?
B. Ilmu dan Moral
Ilmu tanpa agama adalah buta, demikian kata Einstein. Kebutaan moral dari ilmu itulah yang membawa kemanusiaan kejurang malapetaka dan kesengsaraan. Tak selamanya ilmu adalah suatu berkah.
Oleh karena ilmu, telah melahirkan 40.000 kepala nuklir berkekuatan 1.000.000 kali bom atom di Hiroshima, yang mampu membuat bumi ini hancur berkeping-keping. Ilmu pula yang membawa kita berada diambang kemajuan yang mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri. Bila ini terjadi, ilmu bukan lagi sebagai sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun kemungkinan akan mengubah hakikat manusia itu sendiri dan ilmu akan menciptakan tujuan hidup itu sendiri.
Tidak ada yang salah dengan ilmu. Tergantung bagaimana menggunakannya, kearah mana ilmu dikembangkan, dan sampai batas mana wewenang penjelajahan ilmu. Bagai sepucuk pistol. Ditangan penjahat akan dipergunakan untuk merampok, membunuh dan juga meneror. Tetapi ditangan seorang polisi, dipergunakan untuk melawan kejahatan itu sendiri. Jadi tergantung bagaimana menggunakan pistol itu. Tergantung siapa yang menggunakan, dan bagaimana moral penggunanya. Bila dipergunakan untuk kejahatan apakah si pistol harus dihukum. Begitu pula sebaliknya, bila dipergunakan untuk menumpas kejahatan, tidak lantas si pistol memperoleh penghargaan.
Demikian pula dalam menyingkapi masalah ilmu. Para ilmuwan berpaling kepada hakikat moral. Moral berkaitan dengan nilai-nilai. Dihadapkan kepada masalah moral, para ilmuwan sendiri terbagi menjadi dua golongan pendapat. Golongan pertama menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik secara ontologism maupun aksiologis. Tugas ilmuwan adalah menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain untuk mempergunakannya. Golongan kedua sebaliknya berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai banyalah terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya bahkan pemilihan obyek penelitian, maka kegiatan keilmuan harus berlandaskan asas-asas moral. Golongan kedua berpendapat bahwa ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakikat kemanusiaan (Jujun SS, 2001 : 235).
Kenetralan seorang ilmuwan disebabkan anggapan bahwa ilmu pengetahuan merupakan rangkaian penemuan yang mengarah kepada penemuan selanjutnya, melalui proses kumulatif secara teratur. Dalam aspek-aspek lain tentang apa yang akan ditelaah dan bagaimana ilmu pengetahuan dipergunakan, seorang ilmuwan terikat oleh moral. Akan tetapi ia tidak boleh menyembunyikan hasil penemuan karena kebenaran tidak boleh disembunyikan.
Berkaitan dengan ilmu dan moral tersebut, berikutnya akan kita tinjau nilai-nilai dalam perkembangan ilmu pengetahuan sebagai berikut. Lanjutnya ntar yah, .......

3 komentar: