"Selamat datang di darsonmate. Kita akan berbagi pengalaman dan persahabatan. Ok"

Sabtu, 09 April 2011

PMRI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DAN MODEL KOOPERATIF MATERI GEOMETRI DI SMP NEGERI 1 LEBAKBARANG
Makalah


1.        Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.  Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. (Permendiknas No. 22 tahun 2006). 
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Untuk mencapai kompetensi tersebut telah dikembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang disusun sebagai landasan pembelajaran. Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.Untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, maka dilakukan penilaian hasil belajar baik yang dilakukan oleh satuan pendidikan ataupun oleh pemerintah. Penilaian hasil belajar yang dilakukan satuan pendidikan adalah ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, dan ujian sekolah. Sedangkan penilaian yang dilakukan oleh pemerintah berupa ujian nasional (UN).
Dari serangkaian proses penilaian tersebut, ternyata untuk mata pelajaran matematika khususnya aspek geometri belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal tersebut dapat diketahui diantaranya dari hasil ulangan harian yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan beberapa siswa tidak lulus karena hasil ujian nasional untuk mata pelajaran matematika rendah. Sebagian besar materi geometri masih menjadi materi yang dianggap sulit oleh siswa.
Permasalahan rendahnya prestasi belajar siswa tersebut juga terjadi di SMP 1 Lebakbarang Kabupaten Pekalongan.  Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar bertahun-tahun prestasi belajar matematika aspek geometri masih belum memenuhi KKM. Hal ini terjadi pada lebih dari 50%  standar kompetensi aspek geometri yang ada. Hasil ulangan harian tahun sebelumnya pada beberapa standar kompetensi belum mencapai KKM yaitu 62. Padahal diharapkan rata-ratanya 75 dan seluruh siswa memenuhi KKM. Pemahaman konsep-konsep pada masing-masing kompetensi dasar pada aspek geometri pada siswa kurang. Siswa terbiasa hanya menghafal rumus tanpa memahami proses penyusunan rumus tersebut.
Rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika tersebut disebabkan oleh beberapa faktor.  Dari hasil observasi dan catatan harian penulis diungkap faktor penyebab masih rendahnya prestasi belajar sebagai berikut. (i) Sebagian siswa menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang menakutkan. Siswa terbiasa hanya menghafal rumus yang diberikan guru kemudian menggunakannya untuk berlatih mengerjakan soal-soal. (ii) Dari faktor guru, guru masih menggunakan cara-cara pembelajaran konvensional yang terkesan tidak menarik perhatian siswa. (iii)  Materi pelajaran matematika yang bersifat abstrak tidak mudah untuk dipahami siswa tanpa menggunakan alat bantu atau media pembelajaran.
Permasalahan rendahnya prestasi belajar matematika harus segera diatasi, karena mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk memajukan daya pikir, melatih berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Perlu diupayakan pendekatan dan model pembelajaran yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa. Siswa menjadi tertarik untuk belajar baik sendiri atau berkelompok. Siswa secara aktif melibatkan diri di dalam menemukan konsep dan tidak sekedar menghafal pengertian atau rumus-rumus.  Demikian pula perbedaan individu perlu mendapatkan perhatian yang memadai sehingga pembelajaran mengarah kepada perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Pendekatan dan model pembelajaran yang dipandang sesuai dengan harapan tersebut adalah pendekatan matematika realistik dan model pembelajaran kooperatif. Dalam upaya meningkatkan kemandirian dan  motivasi siswa, perlu adanya media pembelajaran yang menarik sehingga lebih meningkatkan keefektifan pembelajaran. Alat-alat pembelajaran baik berupa alat peraga atau media lainnya akan sangat membantu di dalam siswa memahami konsep dan menemukan konsep. Dalam belajar siswa diarahkan untuk dapat menemukan sendiri, membangun pengetahuan dari hasil belajarnya.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis memunculkan suatu strategi untuk meningkakan prestasi belajar matematika khususnya pada aspek geometri yaitu penerapan pendekatan matematika realistik dan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.
Menurut Soedjadi(2004), matematika realistik dikembangkan berdasarkan pandangan Freudenthal yang berpendapat bahwa matematika merupakan kegiatan manusia yang lebih menekankan aktivitas siswa untuk mencari, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan yang diperlukan sehingga pembelajaran menjadi terpusat pada siswa. RME adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang 'real' bagi siswa, menekankan ketrampilan 'proses of doing mathematics', berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri ('student inventing' sebagai kebalikan dari 'teacher telling') dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Pada pendekatan ini peran guru tak lebih dari seorang fasilitator, moderator atau evaluator sementara siswa berfikir, mengkomunikasikan 'reasoningnya', melatih nuansa demokrasi dengan menghargai pendapat orang lain.
Model pembelajaran merupakan pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan tehnik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas (Suherman, 2003). Penekanan yang merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperati tersebut adalah STAD (Student Teams Achivement Division), Tim Ahli (Jigsaw), Investigasi Kelompok (Teams Games Tournaments atau TGT), dan Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered Head Together (NHT). (Trianto, 2007 : 49). Pemilihan tipe dari model pembelajaran kooperatif tersebut disesuaikan dengan karakteristik materi pelajarannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar